Oleh: uun nurcahyanti | Desember 7, 2011

MENUA AKU


Takut aku
Ketika waktu mulai menyanyat
Merayapi tubuh molekku

Bagai benalu
Menghisap ragam pesonaku
Mengusutkan rengkah gemulai
Dan ranumku

Tangan-tangan gagah nan genit
Mulai beralih mata
Merenggut dan merabai harum-harum lain
Meretas nafas nafsu pada kehangatan dinding dada lain

Ku tak mampu berkelit
Pada jingga cemburuku
Bagai saat senja meronakan
Langit waktuku

Ah…
Galauku tak bisa ditutupi gincu
Kerutku tak mampu dimanipulasi
Rutinitas ragam perawatan tubuh
Dan warna-warna celak bedak mahal itu

Saat petang turun menjelang,
Lubang gua nan menua ini
Masihkah mampu menuliskan kisah kuasa genitnya
Pada setiap inci kulit arinya,
Yang tak lagi sepenuh awan

Akankah malam-malam benderang penuh derai itu
Masih menjadi takdir waktuku nan penuh…?

Takut aku,
Karena vaginaku tak lagi utuh
Dalam keliar tubuh-tubuh muda
Para penjaja nikmat yang berkelimpahan.

Pare, 5 Desember 2011
Terinspirasi dari Politik Tubuh Perempuan Jalanan


Tanggapan

  1. begitulah perjalanan
    nasib hidup kaum wanita

    • politik tubuh ya mbak…
      Rahim ditipkan pada rahim para perempuan


Tinggalkan Balasan ke cahayadejavu Batalkan balasan

Kategori