Oleh: uun nurcahyanti | Juli 18, 2011

Sepucuk Kisah di Kayu Tanam



Saat diberi tahu bahwa pada tanggal 24 Desember 2010 akan diadakan outbound oleh Diniyyah Training Centre untuk kami,team breaktrough, saya sangat berbergairah untuk mengikutinya. Sehari sebelum pelaksanaan, seorang teman mengatakan bahwa tempat yang digunakan untuk outbound nanti adalah sebuah sekolah yang dikenal sebagai Sekolah Para Pujangga. Banyak pujangga besar Indonesia yang dilahirkan dari sekolah ini, kisahnya.

Wah..berita yang menakjubkan! Benar-benar membuat semangat saya membumbung tinggi.Sekolah Para Pujangga, sungguh suatu julukan indah yang sangat menggetarkan hati saya. Tak sabar rasanya menunggu datangnya hari esok, layaknya seorang anak menunggu hari lebaran tiba. Mata rasanya enggan memincing..

Akhirnya saat yang sangat saya tunggu-tunggu tiba..kami berangkat ke Sekolah Para Pujangga. Setelah dibuai dengan pemandangan alam Minangkabau yang indah di sepanjang perjalanan kami, sampailah kami di sekolah yang dimaksud. Tanah nan luas dibalut pepohonan rindang menyambut kedatangan kami dengan segala keteduhannya. Pada papan nama sekolah yang terkesan usang dan tentu berumur tak sebentar itu tertulis dengan gagah:

INS

Institute Nasional Safei

SMA Multi Talenta

Kayu Tanam

Wow..!! Inikah Sekolah Para Pujangga itu..?! Bismillah..kejutan macam apa kiranya yang Alloh persiapkan untuk kami didalam sana..? kata hatiku sepenuh harap. Sekolah multi talenta! Hmm…terdengar asing di telinga tapi terasa sangat berjiwa. Saat ini di Indonesia populer sekolah Bertaraf Internasional, mudah-mudahan ini bukan sekolah multi nasional dan juga bukan sekolah multilevel marketing!

Belasan pohon durian menyambut ruang pandang saya. Bangunan-bangunan kelas yang jauh dari kesan baru dan sebuah masjid yang lumayan luas namun bersahaja adalah bangunan pertama yang tersaji di depan mata saya.

Saat mobil kami berhenti, pemandangan indah lain berkerumun di hadapan kami. Kolam-kolam yang berhias teratai terasa melengkapi keasrian kondisi sekolah ini, juga sebuah aula terbuka yang disirami guguran daun saat angin bertiup sedikit lebih bertenaga..serasa musim gugur..sungguh memesona.

Namun jangan dibayangkan keasrian ini dengan visualisasi media elektronik yang sering terkesan mewah dan megah layaknya di perguruan tinggi-perguruan tinggi yang harganya setinggi langit. Keasrian yang terhampar di tanah yang sangat luas ini sangatlah bersahaja dan penuh kesantunan khas Ranah Minang. Bangunan lain yang lebih luas dari ruang-ruang kelas terhampar rapi dan terkesan malu-malu. Ini adalah bangunan asrama, tempat kos para siswa. Miniatur Indonesia dalam pencitraan wilayah sekolah yang sungguh mengagumkan.

Saat kami berkegiatan, sepertinya sedang ada penerimaan rapor siswa. Seluruh siswa berkumpul di masjid sederhana tadi. Subhanalloh..masjid memang seyogyanya menjadi pusat kegiatan kesiswaan dalam sistem persekolahan agar mengikat hati seluruh komunitas sekolah pada semangat spiritualitas.

Idealnya demikian juga masjid dalam sistem kemasyarakatan, sebagai tempat berkumpul untuk sharing ilmu, sharing pengalaman dan juga sebagai tempat utama dalam meretas mimpi. Sayangnya, masjid saat ini justru lebih difungsikan sebagai tempat ritual peribadatan semata.. bukan ruang publik yang terbuka dan berfungsi untuk menenun ilmu dan mengikat makna-makna kehidupan seperti fungs imasjid di zaman Rasululloh dulu.

Tiba-tiba seorang teman mengusik keasyikan saya terhadap pesona sekolah hebat ini. Katanya, sayang sekali hari ini libur, kalau kami datang pada hari biasa tentu akan bisa menikmati gaya khas sekolah ini. Misalnya, ada tiga hal yang tidak boleh diucapkan oleh siswa di sekolah ini, yaitu : TIDAK BISA, TIDAK SANGGUP DAN TIDAK TAHU!

Sungguh…ini adalah tradisi persekolahan yang lain daripada yang lain. Pada para siswa ditanamkan sikap belajar yang kental. Sekolah ini seakan berkehendak mempersiapkan manusia-manusia pembelajar sejati yang tidak pernah letih mendayung sampan pengetahuannya, karena pembelajar sejati akan berupaya untuk bisa melewati ketidaksanggupan diri yang diprediksikan oleh orang lain maupun oleh sangkaannya sendiri. Seorang pembelajar sejati tidak akan pernah segan untuk mencari tahu

(..sahabat,tempat ini memang terasa sangat powerful dan inspiring..begitu banyak ruang bagi siapa pun untuk melepas penat ataupun mengeksplorasi ide..Suasananya yang tenang dan bersahaja seakan selalu mengingatkan setiap individu yang tengah berada disana untuk tetap tenang danmemiliki kerendahan hati untuk tak letih belajar..)

Acara terpesona pun harus segera disisihkan, karena outbound kami akan segera di buka. Panitia pun segera menyiapkan seluruh peserta untuk upacara pembukaan yang langsung dipimpin oleh pimpinan Diniyyah Training Centre, Ibunda Fauziah Fauzan El Muhammady dan dilaksanakan dalam Bahasa Inggris. Hebatnya, ini adalah training Diniyyah Training Putri pertama yang pembukaannya menggunakan Bahasa Inggris. Semoga ini menjadi tradisi baru yang memberi warna indah lain bagi Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.

Pembukaan bersejarah itu ditutup dengan sebuah tauziah yang luar biasa dari ustadz Ridho. Setelah itu kami melakukan pemanasan dengan sedikit game yang mengasyikan. Kegiatan berikutnya adalah permainan Rock ‘n Roll untuk peserta laki-laki dan flying fox untuk peserta perempuan. Dan kami pun digiring ke tempat permainan kami masing-masing.

Saya dan peserta perempuan lainnya menuju ke pangkalan luncur untuk permainan flying fox. Sebuah pohon yang sangat tinggi menjadi pangkalan kami untuk meluncur turun. Meski pangkalan luncurnya tidak sampai ke puncak pohon, tapi posisi yang dipilih panitia outbound bukanlah posisi yang mudah dijangkau.Bahkan menurut saya pribadi posisi pangkalan luncurnya sangat tinggi. Selain itu, ada medan berbelok yang tentu tak mudah untuk saya lewati,tapi saya bertekad untuk mencobanya.

(..manusia memang memiliki banyak keterbatasan, hanya Tuhan yang tak terbatas. Namun manusia terbiasa membatasi kemampuannya sendiri, padahal ia juga berkemampuan untuk menembus batasan yang dipatoknya itu.Dan saya bertekad menembus batas kemampuan tersebut,sahabat..)

Peserta pertama yang meluncur adalah umi Farida, manager team breakthrough, beliau adalah anggota tertua team ini, namun beliau memiliki semangat dan motivasi sangat luar biasa. Hal tersebut tentu memacu semangat dan keberanian anggota lainnya untuk ikut mencoba permainan petama yang cukup menantang adrenalin ini. Dengan ucapan takbir yang lantang, umi Farida pun meluncur melintasi telaga..

Saat umi Farida meluncur lalu dilanjutkan dengan pimpinan team breakthrough,miss Dina, saya masih gamang mengukur kemampuan diri. Setelah melihat medan dan berdiskusi kecil dengan suami, saya membulatkan tekad untuk mencobanya meski saya belum punya strategi untuk melintasi medan melingkar yang lintasannya hanya berupa kayu yang dipaku pada batang pohon yang kokoh itu.

Giliran ketiga adalah miss Nessy. Tapi salah seorang trainer, mbak Yulia, menyarankan saya dulu saja yang meluncur. Dan kami pun sepakat, maka dengan ucapan basmalah saya pun mulai memanjat anak tangga yang jarak antar anak tangganya seperti memang sengaja dibuat agak berjauhan tidak selazimnya tangga biasa.

Tiba di pertengahan tangga, nafas sudah mulai terasa tersengal. Saya tetap melanjutkan langkah yang mulai terasa makin berat. Akhirnya sampailah saya di ujung tangga dengan nafas yang sangat tersengal dan tangan yang terasa sangat letih, sementara tantangan baru tersaji didepan mata, kayu-kayu yang tertempel di batang pohon sebelum mencapai pangkalan luncur.

Saya berpikir keras untuk menemukan cara menapakkan kaki kiri saya karena ruang injaknya sangat sempit sementara tapak kaki kiri saya tak bisa berjinjit.

Kayu pertama terlewati karena ada celah sempit sebagai tumpuan kaki kiri. Nafas terasa semakin berat demikian juga tangan dan kaki kanan saya terasa mulai lunglai. Rasanya ingin menyerah saja!

Teman-teman di bawah mulai berteriak-teriak untuk memberi semangat. Saya mencoba untuk menaklukan kayu kedua. Kaki kanan saya telah bertumpu dan badan saya sudah terangkat ke kayu kedua, tapi kaki kiri saya tidak menemukan pijakan karena memang tidak ada ruang pijak kecuali kayu kecil yangmenempel erat pada batang pohon. Saya memaksakan diri untuk menumpukan kaki kiri pada kayu tersebut, dan..kaki tersebut langsung meluncur turun.

Pegangan tangan kanan saya menjadi semakin berat untuk menyangga badan saya agar tak ikut tergelincir. Keringat terasa berkejaran keluar dari sekujur tubuh. Saya mulai gamang..sangat gamang..

Seorang instruktur naik untuk membantu saya. Saya meminta beliau untuk menyiapkan telapak tangannya sebagai tempat bertumpu kaki kiri saya, namun sebenarnya saya sendiri kurang yakin. Rasanya sungkan menginjak telapak tangan instruktur tersebut. Tangan dan kaki kanan saya rasanya tak kuat lagi, saya harus cepat naik ..!

Dengan rasa berat dan gemetaran saya memaksakan diri menuju kayu ketiga. Hup! Saya berhasil naik..kayu keempat sudah mulai berbelok tajam namun ada sedikit ruang bertumpu untuk kaki kiri saya dan struktur batang pohon dengan akarnya yang berjuntaian cukup membantu saya untuk mengumpulkan kembali keyakinan saya dalam mengatur strategi demi mencapai ujung pangkalan luncur meski masih ada beberapa kayu yang harus saya lewati.

Saya kembali fokus pada pangkalan luncur dan mengabaikan rasa sakit dan letih yang mulai menyeruak dan mengganggu. Tinggal selangkah lagi, pikir saya, dan pengalaman 23 tahun yang lalu saat saya aktif di kepramukaan akan terulang kembali!

Semangat saya kembali membuncah.. dan sampailah saya di ujung lintasan! Sorakan sahabat-sahabat saya di bawah sana bagai minyak yang menyirami api semangat di dada saya. Sambil menunggu instruktur memasang kait pengaman, saya mengedarkan pandangan ke sekeliling saya.

Ada perasaan jerih yang terbersit di hati saya karena ternyata pangkalan luncur ini sangat tinggi dan telaga yang akan dilintasi cukup luas, namun ada rasa lega karena Allah akhirnya memberi saya kesempatan ini. .

Dan..dengan diiringi sorak sorai para sahabat, saya meluncur turun melewati kejerihan hati saya sendiri. Senyum hangat team Diniyyah Training Centre yang menunggu di tepi telaga menyambut satu keping sejarah yang telah saya torehkan ini.

Terima kasih para sahabat, team breakthrough, yang memberi semangat selalu. Terima kasih team Diniyyah Training Centre yang memberi kesempatan dan kepercayaan saya untuk melakukannya dengan kondisi saya yang minimalis ini. Betapa ini adalah salah satu hal terindah dan luar biasa berharga bagi saya.

Terima kasih.. saya sungguh tak sanggup menguraikannya dengan kata-kata betapa hebat rasa yang saya rasakan. Terima kasih,sahabat..

(Keyakinan adalah modalitas utama suatu kesuksesan. Kesempatan dan kepercayaan dari lingkungan adalah jalur utama untuk merealisasikan keyakinan. Saat ketiganya bertemu itulah sebenar-benar kesempatan yang tidak boleh kita lepaskan karena itulah titik momentum yang memiliki rasa Illahiyah yang kental dan dalam.. maka reguklah kesempatan itu dan hiruplah milyaran hikmah yang bersemayam di dalamnya,kawan..)

Di Sekolah Para Pujangga yang sangat berjiwa ini, saya mendapati ketiga hal tersebut bertemu. Saya pasti akan selalu mengingat tempat ini, wajah-wajah yang menemani perjuangan kecil nan luar biasa ini dan kenangan rasa yang sungguh hebat ini. Suatu puisi yang tak tertuliskan oleh kata tertoreh dalam prasasti hidup saya. Saya merasa menjadi bagian dari para pujangga itu..

Kayu Tanam, 25 Desember 2010

Uun Nurcahyanti


Tinggalkan komentar

Kategori